Logika Audit dan Materialitas
Akar dari auditing itu logic, berawal dari asersi menuju ke audit objektif. Audit objektif dibagi dua yaitu balance related dan Transaction related. Setelah itu baru disusun prosedur audit. Contoh: manajemen mengeluarkan asersi persediaan beserta pernyataan manajemennya, pertama di cek keberadaannya apakah ada? Lakukan prosedur pengecekan. Kedua, cek completeness dari persediaan tersebut, cek setiap transaksi yang bersangkutannya. Dsb.
Materialitas adalah salah saji atau omisi informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan sekelilingnya, memungkinkan penilaian seseorang yang masuk akal yang mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh omisi tersebut. Dalam auditing, materialitas ditetapkan pada tingkat laporan keuangan maupun tingkat saldo akun/ kelompok transaksi, dan digunakan pada tahap perencanaan maupun evaluasi audit. Setiap hasil audit maka akan dibandingkan dengan perencanaannya, juga dibandingkan dengan materialitas awal. Kadang auditor menemukan salah saji, biasanya auditor menawarkan kepada auditee mau atau tidak untuk dikoreksi sehingga wajar. Tingkat materialitas berbeda untuk setiap entitas, untuk akun yang memiliki tingkat materialitas nya kecil dan mutasi nya sedikit dg brek down yang sedikit pula biasanya dilakukan pemeriksaannya dg 100% keseluruhan pemeriksaan untuk setiap akunnya.
Komposisi materilitas dalam laporan keuangan terdapat tiga kriteria; pertama adalah known mistatement, likely mistatement, potential undetected misstatement. Dalam menetapkan allowance for undetected, biasanya auditor lebih suka menggunakan pertimbanga praktis (bil auditor tidak mempunyai pengalaman dengan klien atau memilih menghindari dari penaksiran-penaksiran). Pertimbangan praktis dalam menaksir the allowance for undetected misstatement adalah dari 50% s.d 75% dari pertimbangan mengenai materialitas. Taksiran ini perlu dievaluasi selama perkembangan audit.
sumber:etika auditor/accounting1st
Tidak ada komentar:
Posting Komentar